Skala Maturity COBIT 5
Maturity model adalah suatu metode untuk mengukur level pengembangan manajemen proses, yang berarti adalah mengukur sejauh mana kapabilitas manajemen tersebut. Sebagai contoh adalah ada beberapa proses dan sistem kritikal yang membutuhkan manajemen keamanan yang lebih ketat dibanding proses dan sistem lain yang tidak begitu kritikal. Di sisi lain, derajat dan kepuasan pengendalian yang dibutuhkan untuk diaplikasikan pada suatu proses adalah didorong pada selera resiko Enterprise dan kebutuhan kepatuhan yang diterapkan.Penerapan yang tepat pada tata kelola TI di suatu
lingkungan Enterprise, tergantung pada pencapaian tiga aspek maturity (kemampuan, jangkauan dan kontrol). Peningkatan maturity akan mengurangi resiko dan meningkatkan efisiensi, mendorong berkurangnya kesalahan dan meningkatkan kuantitas proses yang dapat diperkirakan kualitasnya dan mendorong efisiensi biaya terkait dengan penggunaan sumber daya TI.
Maturity model dapat digunakan untuk memetakan :
1.
Status
pengelolaan TI perusahaan pada saat itu.
2.
Status
standart industri dalam bidang TI saat ini (sebagai pembanding)
3.
status
standart internasional dalam bidang TI saat ini (sebagai pembanding)
4.
strategi
pengelolaan TI perusahaan (ekspetasi perusahaan terhadap posisi pengelolaan TI
perusahaan)
1. Level 0 (Non-Existent); perusahaan tidak mengetahui sama sekali proses
teknologi informasi di perusahaannya.
2. Level 1 (Initial Level); pada level ini,
organisasi pada umumnya tidak menyediakan lingkungan yang stabil untuk
mengembangkan suatu produk baru. Ketika suatu organisasi kelihatannya mengalami
kekurangan pengalaman manajemen, keuntungan dari mengintegrasikan pengembangan
produk tidak dapat ditentukan dengan perencanaan yang tidak efektif, respon
sistem. Proses pengembangan tidak dapat diprediksi dan tidak stabil, karena
proses secara teratur berubah atau dimodifikasi selama pengerjaan berjalan
beberapa form dari satu proyek ke proyek lain. Kinerja tergantung pada
kemampuan individual atau term dan varies dengan keahlian yang
dimilikinya.
3. Level 2 (Repeatable Level); pada level
ini, kebijakan untuk mengatur pengembangan suatu proyek dan prosedur dalam
mengimplementasikan kebijakan tersebut ditetapkan. Tingkat efektif suatu proses
manajemen dalam mengembangankan proyek adalah institutionalized, dengan
memungkinkan organisasi untuk mengulangi pengalaman yang berhasil dalam
mengembangkan proyek sebelumnya, walaupun terdapat proses tertentu yang tidak
sama. Tingkat efektif suatu proses mempunyai karakteristik seperti; practiced,
dokumentasi, enforced, trained, measured, dan dapat ditingkatkan. Product
requirement dan dokumentasi perancangan selalu dijaga agar dapat mencegah
perubahan yang tidak diinginkan.
4. Level
3 (Defined Level); pada level ini, proses standar dalam pengembangan
suatu produk baru didokumentasikan, proses ini didasari pada proses
pengembangan produk yang telah diintegrasikan. Proses-proses ini digunakan
untuk membantu manejer, ketua tim dan anggota tim pengembangan sehingga bekerja
dengan lebih efektif. Suatu proses yang telah didefenisikan dengan baik
mempunyai karakteristik; readiness criteria, inputs, standar dan
prosedur dalam mengerjakan suatu proyek, mekanisme verifikasi, output dan
kriteria selesainya suatu proyek. Aturan dan tanggung jawab yang didefinisikan
jelas dan dimengerti. Karena proses perangkat lunak didefinisikan dengan jelas,
maka manajemen mempunyai pengatahuan yang baik mengenai kemajuan proyek
tersebut. Biaya, jadwal dan kebutuhan proyek dalam pengawasan dan kualitas
produk yang diawasi.
5. Level
4 ( Managed Level); Pada
level ini, organisasi membuat suatu matrik untuk suatu produk, proses dan
pengukuran hasil. Proyek mempunyai kontrol terhadap produk dan proses untuk
mengurangi variasi kinerja proses sehingga terdapat batasan yang dapat
diterima. Resiko perpindahan
teknologi produk, prores manufaktur, dan pasar harus diketahui dan diatur
secara hati-hati. Proses pengembangan dapat ditentukan karena proses diukur dan
dijalankan dengan limit yang dapat diukur.
6. Level 5 (Optimized Level); Pada level
ini, seluruh organisasi difokuskan pada proses peningkatan secara
terus-menerus. Teknologi informasi sudah digunakan terintegrasi untuk
otomatisasi proses kerja dalam perusahaan, meningkatkan kualitas, efektifitas,
serta kemampuan beradaptasi perusahaan. Tim pengembangan produk menganalisis
kesalahan dan defects untuk menentukan penyebab kesalahannya. Proses
pengembangan melakukan evaluasi untuk mencegah kesalahan yang telah diketahui
dan defects agar tidak terjadi lagi.
Comments
Post a Comment