Makalah Downsizing and Rightsizing
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Faktor teknologi informasi dapat
dianggap sebagai suatu tantangan maupun sebagai suatu peluang karena
perkembangan teknologi ini akan membuat suatu perusahaan yang ada sekarang ini,
lebih maju atau menjadi lebih tertinggal dan kalah bersaing dengan
kompetitonya. Sudah menjadi suatu kebutuhan dan permintaan dari suatu
perusahaan yang ada sekarang ini terhadap penggunaan informasi, dimana
merupakan suatu tuntutan bahwa setiap organisasi atau perusahaan akan mengikuti
perkembangan teknologi yang demikian pesatnya jika tidak ingin kalah atau
ketinggalan oleh pesaingnya. Penggunaan teknologi informasi dan pemmanfaatnya
dalam mengumpulkan dan pengolahan data menjadi informasi yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan akan sangat berperan dalam menentukan keberhasilan suatu
organisasi atau perusahaan dimasa yang akan datang. Arsitektur perangkat lunak merupakan
kerangka kerja fundamental bagi penstrukturan sistem. Model-model arsitektur yang berbeda seperti model struktural, model kontrol dan model dekomposisi dapat dikembangkan pada saat perancangan arsitektural.
kerangka kerja fundamental bagi penstrukturan sistem. Model-model arsitektur yang berbeda seperti model struktural, model kontrol dan model dekomposisi dapat dikembangkan pada saat perancangan arsitektural.
Teknologi
sepertinya tidak akan habis-habisnya menelurkan berbagai hal yang menakjubkan.
Mulai dengan hadirnya beberapa komponen elektronika yang sangat membantu
manusia dalam menjalani kehidupannya hingga lahirnya komputer dan berbagai hal
yang berhubungan langsung dengan komputer maupun tidak langsung dengan komputer
itu sendiri. Perkembangan yang hadir lainnya adalah perkembangan sistem dari
perangkat lunak maupun perangkat keras yang ada. Seiring dengan
perkembangan teknologi komputer dan server, muncullah trend DDP (distributed
data processing), yaitu prosesor, data, dan aspek-aspek lainnya bisa
tersebar dalam lingkup tertentu. Sistem seperti ini melibatkan adanya pembagian
proses komputasi, pengendali, dan interaksi dalam jaringan. Dalam
perusahaan-perushaan besar misalnya, sering digunakan kombinasi antara komputer
dan server. Komputer untuk menjalankan aplikasi-aplikasi seperti pengolah
grafis, word processing, spreadsheet, sementara server
sebagai back-end mengendalikan database dan sistem informasi
perusahaan. Hal seperti ini adalah dampak dari perkembangan sistem
terdistribusi.
1.2
Rumusan
Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan , maka
beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini
adalah:
1. Apa itu Downsizing and Rightsizing ?
2. Bagaimana perkembangan Teknologi Client server ?
3. Sebutkan dan Jelaskan Model
Three Tier Client Server beserta kelebihan dan kekurangannya !
1.3
Tujuan
Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
terbagi menjadi 2 tujuan yaitu :
Tujuan Umum
Manusia modern dituntut
untuk selalu mengetahui perkembangan jaman, termasuk dalam hal IT. Maka penulis
menyusun makalah ini agar dapat membantu para pembaca mengetahui tentang downsizing
and rightsizing dan teknologi client server.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui
perkembangan downsize di bidang komputerisasi.
2. Mengetahui
Model three tier client server beserta kekurangan dan kelebihannya.
1.4
Sistematika
Penulisan
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan Penulisan
Makalah
1.4
Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Downsizing and Rightsizing
2.2
Teknologi
Client server
2.3 Model Three Tier
Client Server beserta kelebihan dan kekurangannya
BAB III PENUTUP
2.1 Kesimpulan
2.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Downszing and Rightsizing
Downsizing adalah mengganti mainframe
dengan komputer atau workstation yang terhubung via jaringan.
Downsizing
adalah transfer berbagai aplikasi
berbasis komputer perusahaan dari konfigurasi peralatan besar, seperti
mainframe ke platform yang lebih kecil seperti komputer mini. Dalam beberapa
kasus, platform yang lebih kecil tetap berada dalam IS, dan dalam kasus lain
ditempatkan di area pemakai. Pemindahan ke sistem yang kurang mahal tetapi
penuh daya ini disebut Smartsizing.
Keuntungan
downsizing : sistem yang user friendly.
Pada pertengahan dekade 90an, kata downsizing tiba-tiba
menjadi sangat populer di seluruh dunia. Bukan di dunia transportasi atau
pertambangan. Tetapi di dunia IT. Yang di-downsize mainframe
(MF), diganti dengan komputer kecil. Karena saat itu awal hadirnya
teknologi canggih pada komputer-komputer kecil (PC). PC yang selama 2
dekade sejak kehadirannya hanya dikenal sebagai kalkulator dan mesin ketik,
tiba-tiba hadir dengan OS berpenampilan GUI yang berkemampuan multiprogramming
dan multitasking serta dilengkapi processor Pentium I yang cukup
cepat (di atas 100MHz) dan harddisk berukuran di atas 1GB, tapi masih dengan
harga PC. Hal ini memberikan inspirasi para pakar programming untuk
menghadirkan aplikasi-aplikasi bisnis yang lebih serius dari sekedar word
processing dan spread sheets. Terlebih dukungan sarana
networking dengan protokol internet (TCP/IP) yang jauh lebih
mudah dan luwes dibanding SNA milik IBM, juga menginspirasi para pakar
networking untuk mengembangkan distributed computing.
Partai non-GUI ternyata lebih dulu siap. Mereka menghadirkan kembali Unix yang memang sejak awal merupakan OS multiuser, multitasking dan multiprogramming yang sempurna. OS berbahanbaku C ini bahkan memicu munculnya gagasan open system, dengan dalih bahwa processor apapun selama sang produsen mampu menyediakan C compiler, tentu bisa kawin dengan Unix. Sesama Unix tentu bisa berbagi aplikasi, yang ujung-ujungnya membebaskan pengguna dari ketergantungan platform komputer tertentu. Sungguh sebuah gagasan yang jitu dan pro konsumen, tentu saja didukung sepenuhnya oleh semua pihak, termasuk kalangan ilmuwan. Hati kecil saya tetap "ngeyel", bukan jaminan menyediakan C-compiler bisa mengawini Unix dengan mulus. Tidak hanya dalam hati, tetapi juga dalam berbagai diskusi maupun tulisan, entah ada yang membaca atau tidak.
Ringkas cerita, akhirnya gagasan open system ini resmi menjadi standard dan meluncur ke publik di pertengahan dekade 90an dan dibarengi dengan slogan downsizing yang segera populer. Targetnya satu, mengganti MF dengan komputer kecil. Tentu serta merta menggantikan topologi network dari centralized system ke distributed system dan model komputasinya dari direct transaction ke client/server. Isu utamanya karena MF sangat mahal dan PC sangat murah.. Memang betul! Satu unit DASD saja (baca harddisk) yang cuma 1GB bisa ratusan juta rupiah. Padahal butuhnya puluhan GB. CPU-nya tentu puluhan milyar. Yang lebih parah lagi software-nya, rata-rata milyaran untuk setiap paket fungsi. Pengguna yang bodoh dikadalin sekalian. Banyak barang-barang yang tidak pernah digunakan tapi dibayar penuh, baik hardware maupun software. Sungguh menyakitkan. Setiap orang menjadi tahu boroknya bisnis MF dan banyak yang "gemes".
Namun terlepas dari mahalnya MF maupun culasnya para pedagang MF, tetap saja downsize ada yang manfaat dan ada pula yang mudharat. Sebagian besar sangat jelas manfaattnya. Bisnis yang tidak bersifat mission-critical dan/atau tidak mengharuskan terpusat seperti perminyakan, manufaktur dll serentak seluruh dunia membuang MF dan menggantikannya dengan distributed PC. Ada yang ke Unix dan ada pula yang ke Windows atau Macintosh . Kebanyakan mereka benar-benar menikmati manfaatnya.
Sedangkan di dunia layanan finansial, pemerintahan dan reservasi penerbangan rata-rata ambil nafas dulu. Mereka yang sehari-hari menghadapi bisnis mission-critical, tentu sangat cermat menghadapi gejolak tersebut. Mereka sudah terbiasa memprioritaskan stabilitas ketimbang biaya, karena mereka hidup dari stabilitas. sehingga tidak mudah terbawa arus. Hanya beberapa "negara tertinggal" dan "korup" saja yang mengabaikan soal ini. Karena di negara-negara non-korup, orang tidak pernah berpikir adanya celah untuk mendapat keuntungan pribadi di tengah hiruk-pikuknya situasi. Justeru yang ada rasa was-was dan kehati-hatian menjaga stabilitas. Apapun iming-iming downsizing, mereka tak akan beranjak sebelum benar-benar yakin sistem mereka aman. Ibarat pedagang Pasar Induk, lebih baik overhead membayar preman daripada dagangannya raib.
Terlebih dunia perbankan, bukan saja mission-critical, tetapi juga harus centralized. Untuk menjadi nasabah Bank XYZ, kita bisa saja mendaftar di cabang Bogor. Tetapi kita bukan nasabah cabang Bogor, melainkan nasabah Bank XYZ. Manakala kita di Surabaya atau Ujung Pandang, kita harus mendapat layanan cabang disana sama persis dengan ketika kita di Bogor. Bisnis model begini, IT-nya harus terpusat. Database seluruh rekening harus terpusat. Jika terpecah dan tersebar, maka akan terjadi pembebanan network yang tidak normal. Logik aplikasinya pun menjadi rumit.
Setelah melalu berbagai pengkajian serius para profisional, disimpulkan distributed processing tidak cocok untuk dunia mereka yang mission-critical. Selain model mereka harus centralized, platform hardware dan software yang ditawarkan sama sekali tidak memenuhi kriteria mission-critical. Tidak aman, tidak tangguh untuk 24x7 dan tidak mumpuni untuk operasi batch skala besar dan kritis. Akhirnya mereka bersikukuh tetap mempertahankan MF meskipun dibilang mahal. Maka kita bisa lihat, tidak pernah kedengaran ada bank atau airline atau pemerintahan yang melakukan downsizing.
Partai non-GUI ternyata lebih dulu siap. Mereka menghadirkan kembali Unix yang memang sejak awal merupakan OS multiuser, multitasking dan multiprogramming yang sempurna. OS berbahanbaku C ini bahkan memicu munculnya gagasan open system, dengan dalih bahwa processor apapun selama sang produsen mampu menyediakan C compiler, tentu bisa kawin dengan Unix. Sesama Unix tentu bisa berbagi aplikasi, yang ujung-ujungnya membebaskan pengguna dari ketergantungan platform komputer tertentu. Sungguh sebuah gagasan yang jitu dan pro konsumen, tentu saja didukung sepenuhnya oleh semua pihak, termasuk kalangan ilmuwan. Hati kecil saya tetap "ngeyel", bukan jaminan menyediakan C-compiler bisa mengawini Unix dengan mulus. Tidak hanya dalam hati, tetapi juga dalam berbagai diskusi maupun tulisan, entah ada yang membaca atau tidak.
Ringkas cerita, akhirnya gagasan open system ini resmi menjadi standard dan meluncur ke publik di pertengahan dekade 90an dan dibarengi dengan slogan downsizing yang segera populer. Targetnya satu, mengganti MF dengan komputer kecil. Tentu serta merta menggantikan topologi network dari centralized system ke distributed system dan model komputasinya dari direct transaction ke client/server. Isu utamanya karena MF sangat mahal dan PC sangat murah.. Memang betul! Satu unit DASD saja (baca harddisk) yang cuma 1GB bisa ratusan juta rupiah. Padahal butuhnya puluhan GB. CPU-nya tentu puluhan milyar. Yang lebih parah lagi software-nya, rata-rata milyaran untuk setiap paket fungsi. Pengguna yang bodoh dikadalin sekalian. Banyak barang-barang yang tidak pernah digunakan tapi dibayar penuh, baik hardware maupun software. Sungguh menyakitkan. Setiap orang menjadi tahu boroknya bisnis MF dan banyak yang "gemes".
Namun terlepas dari mahalnya MF maupun culasnya para pedagang MF, tetap saja downsize ada yang manfaat dan ada pula yang mudharat. Sebagian besar sangat jelas manfaattnya. Bisnis yang tidak bersifat mission-critical dan/atau tidak mengharuskan terpusat seperti perminyakan, manufaktur dll serentak seluruh dunia membuang MF dan menggantikannya dengan distributed PC. Ada yang ke Unix dan ada pula yang ke Windows atau Macintosh . Kebanyakan mereka benar-benar menikmati manfaatnya.
Sedangkan di dunia layanan finansial, pemerintahan dan reservasi penerbangan rata-rata ambil nafas dulu. Mereka yang sehari-hari menghadapi bisnis mission-critical, tentu sangat cermat menghadapi gejolak tersebut. Mereka sudah terbiasa memprioritaskan stabilitas ketimbang biaya, karena mereka hidup dari stabilitas. sehingga tidak mudah terbawa arus. Hanya beberapa "negara tertinggal" dan "korup" saja yang mengabaikan soal ini. Karena di negara-negara non-korup, orang tidak pernah berpikir adanya celah untuk mendapat keuntungan pribadi di tengah hiruk-pikuknya situasi. Justeru yang ada rasa was-was dan kehati-hatian menjaga stabilitas. Apapun iming-iming downsizing, mereka tak akan beranjak sebelum benar-benar yakin sistem mereka aman. Ibarat pedagang Pasar Induk, lebih baik overhead membayar preman daripada dagangannya raib.
Terlebih dunia perbankan, bukan saja mission-critical, tetapi juga harus centralized. Untuk menjadi nasabah Bank XYZ, kita bisa saja mendaftar di cabang Bogor. Tetapi kita bukan nasabah cabang Bogor, melainkan nasabah Bank XYZ. Manakala kita di Surabaya atau Ujung Pandang, kita harus mendapat layanan cabang disana sama persis dengan ketika kita di Bogor. Bisnis model begini, IT-nya harus terpusat. Database seluruh rekening harus terpusat. Jika terpecah dan tersebar, maka akan terjadi pembebanan network yang tidak normal. Logik aplikasinya pun menjadi rumit.
Setelah melalu berbagai pengkajian serius para profisional, disimpulkan distributed processing tidak cocok untuk dunia mereka yang mission-critical. Selain model mereka harus centralized, platform hardware dan software yang ditawarkan sama sekali tidak memenuhi kriteria mission-critical. Tidak aman, tidak tangguh untuk 24x7 dan tidak mumpuni untuk operasi batch skala besar dan kritis. Akhirnya mereka bersikukuh tetap mempertahankan MF meskipun dibilang mahal. Maka kita bisa lihat, tidak pernah kedengaran ada bank atau airline atau pemerintahan yang melakukan downsizing.
Kita
sedang menuju ke abad 21, di mana sistem jaringan mungkin tak lagi hanya akan
melayani sebuah mesin besara saja. Sebaliknya jaringan-jaringan akan merupakan
sarana bantu yang memungkinkan sebuah organisasi besar untuk melakukan
penyesuaian yang sesuai, antara kebutuhan informasi dengan besarnya aplikasi
serta investasi perangkat keras dan lunaknya. Orang menyebutnya dengan rightsizing.
2.2
Teknologi Client Server
Pengertian
Client Server
Client
merupakan sembarang sistem atau proses yang melakukan suatu permintaan data
atau layanan ke server sedangkan server ialah sistem atau proses yang menyediakan data atau
layanan yang diminta oleh client.
Client-Server
adalah pembagian kerja antara server dan client yang mengakses server dalam
suatu jaringan. Jadi arsitektur client-server adalah desain sebuah aplikasi
terdiri dari client dan server yang saling berkomunikasi ketika mengakses
server dalam suatu jaringan.
Sistem
client server didefinisikan sebagai sistem terdistribusi, tetapi ada beberapa
perbedaan karakteristik yaitu :
1.
Servis (layanan)
o Hubungan
antara proses yang berjalan pada mesin yang berbeda
o Pemisahan
fungsi berdasarkan ide layanannya
o Server
sebagai provider, client sebagai konsumen
2.
Sharing resources (sumber daya)
o Server
bisa melayani beberapa client pada waktu yang sama, dan meregulasi akses
bersama untuk share sumber daya dalam menjamin konsistensinya.
3.
Asymmetrical protocol (protokol yang tidak simetris )
o Many-to-one
relationship antara client dan server.Client selalu menginisiasikan dialog
melalui layanan permintaan, dan server menunggu secara pasif request dari
client.
4.
Transparansi lokasi
o Proses
yang dilakukan server boleh terletak pada mesin yang sama atau pada mesin yang
berbeda melalui jaringan.Lokasi server harus mudah diakses dari client.
5.
Mix-and-Match
o Perbedaan
server client platforms
6.
Pesan berbasiskan komunikasi
o Interaksi
server dan client melalui pengiriman pesan yang menyertakan permintaan dan
jawaban.
7.
Pemisahan interface dan implementasi
o Server
bisa diupgrade tanpa mempengaruhi client selama interface pesan yang
diterbitkan tidak berubah.
Perbedaan
Tipe Client-Server
1.File
Servers
o File
server vendors mengklaim bahwa mereka pertama menemukan istilah client-server.
o Untuk
sharing file melalui jaringan
2.Database
Servers
o Client
mengirimkan SQL requests sebagai pesan pada database server,selanjutnya hasil
perintah SQL dikembalikan.
o Server
menggunakan kekuatan proses yang diinginkan untuk menemukan data yang diminta
dan kemudian semua record dikembalikan pada client.
3.Transaction
Servers (Transaksi Server)
o Client
meminta remote procedures yang terletak pada server dengan sebuah SQL database
engine.
o Remote
procedures ini mengeksekusi sebuah grup dari SQL statement
o Hanya
satu permintaan / jawaban yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi
4.Groupsware
Servers
o Dikenal
sebagai Computer-supported cooperative working
o Manajemen
semi-struktur informasi seperti teks, image, , bulletin boards dan aliaran
kerja
o Data
diatur sebagai dokumen
5.Object
Application Servers
o Aplikasi
client/server ditulis sebagai satu set objek komunikasi
o Client
objects berkomunikasi dengan server objects melalui Object Request Broker (ORB)
o Client
meminta sebuah method pada remote object
6.Web
Application Servers (Aplikasi Web Servers)
o World
Wide Web adalah aplikasi client server yang pertama yang digunakan untuk web.
o Client
dan servers berkomunikasi menggunakan RPC seperti protokol yang disebut HTTP.
Fungsi
client server
Dalam
konteks basis data, client mengatur interface berfungsi sebagai workstation
tempat menjalankan aplikasi basis data. Client menerima permintaan pemakai,
memeriksa sintaks dan generate kebutuhan basis data dalam SQL atau bahasa yang
lain. Kemudian meneruskan pesan ke server, menunggu response dan bentuk
response untuk pemakai akhir. Server menerima dan memproses permintaan basis
data kemudian mengembalikan hasil ke client.
Proses-proses
ini melibatkan pemeriksaan autorisasi, jaminan integritas, pemeliharaan data
dictionary dan mengerjakan query serta proses update. Selain itu juga
menyediakan kontrol terhadap concurrency dan recovery.
Ada
beberapa keuntungan jenis arsitektur ini adalah :
o Memungkinkan
akses basis data yang besar
o Menaikkan
kinerja
o Jika
client dan server diletakkan pada komputer yang berbeda kemudian CPU yang
berbeda dapat memproses aplikasi secara paralel. Hal ini mempermudah merubah
mesin server jika hanya memproses basis data.
o Biaya
untuk hardware dapat dikurangi
o Hanya
server yang membutuhkan storage dan kekuatan proses yang cukup untuk menyimpan
dan mengatur basis data
o Biaya
komunikasi berkurang
o Aplikasi
menyelesaikan bagian operasi pada client dan mengirimkan hanya bagian yang
dibutuhkan untuk akses basis data melewati jaringan, menghasilkan data yang
sedikit yang akan dikirim melewati jaringan
o Meningkatkan
kekonsistenan
o Server
dapat menangani pemeriksaan integrity sehingga batasan perlu didefinisikan dan
validasi hanya di satu tempat, aplikasi program mengerjakan pemeriksaan sendiri
o Map
ke arsitektur open-system dengan sangat alami
Berikut
ini adalah ringkasan fungsi client-server
Client
Mengatur user interface
Menerima dan memeriksa
sintaks input dari pemakai
Memproses aplikasi
Generate permintaan basis
data dan memindahkannya ke server
Memberikan response
balik kepada pemakai
Menyediakan akses basis
data secara bersamaan
Menyediakan kontrol
recovery
Server
Menerima dan memproses
basis data yang diminta dari client
Memeriksa autorisasi
Menjamin tidak terjadi
pelanggaran terhadap integrity constraint
Melakukan
query/pemrosesan update dan memindahkan response ke client
Memelihara data
dictionary
Aplikasi client server
Istilah
arsitektur mengacu pada desain sebuah aplikasi, atau dimana komponen yang membentuk
suatu system ditempatkan dan bagaimana mereka berkomunikasi.
2.3
Model Three Tier Client Server beserta kelebihan dan kekurangannya
Macam-macam
arsitektur aplikasi Client-Server beserta kelebihan dan kekurangannya yaitu:
1. Standalone
(one-tier)
Pada
arsitektur ini semua pemrosesan dilakukan pada mainframe. Kode aplikasi, data
dan semua komponen sistem ditempatkan dan dijalankan pada host. Walaupun
computer client dipakai untuk mengakses mainframe, tidak ada pemrosesan yang
terjadi pada mesin ini, dan karena mereka “dump- client” atau “dump-terminal”.
Tipe model ini, dimana semua pemrosesan terjadi secara terpusat, dikenal
sebagai berbasis-host. Sekilas dapat dilihat kesalahan pada model ini. Ada dua
masalah pada komputasi berbasis host: Pertama, semua pemrosesan terjadi pada
sebuah mesin tunggal, sehingga semakin banyak user yang mengakses host, semakin
kewalahan jadinya. Jika sebuah perusahaan memiliki beberapa kantor pusat, user
yang dapat mengakses mainframe adalah yang berlokasi pada tempat itu, membiarkan
kantor lain tanpa akses ke aplikasi yang ada.
Pada
saat itu jaringan sudah ada namun masih dalam tahap bayi, dan umumnya digunakan
untuk menghubungkan terminal dump dan mainframe. Namun keterbatasan yang
dikenakan pada user mainframe dan jaringan telah mulai dihapus.
Keuntungan arsitektur
standalone (one-tier):
Sangat mudah
Cepat dalam merancang
dan mengaplikasikan
Kelemahan arsitektur
standalone (one-tier):
Skala kecil
Susah diamankan
Menyebabkan perubahan
terhadap salah satu komponen diatas tidak mungkin dilakukan, karena akan
mengubah semua bagian.
Tidak memungkinkan
adanya re-usable component dan code.
Cepat dalam merancang
dan mengaplikasikan
2. Client/Server (two
tier)
Dalam
model client/server, pemrosesan pada sebuah aplikasi terjadi pada client dan
server. Client/server adalah tipikal sebuah aplikasi two-tier dengan
banyakclient dan sebuah server yang dihubungkan melalui sebuah jaringan.
Aplikasi
ditempatkan pada computer client dan mesin database dijalankan pada server
jarak-jauh. Aplikasi client mengeluarkan permintaan ke database yang
mengirimkan kembali data ke client-nya.
Model Two-tier terdiri dari tiga komponen yang
disusun menjadi dua lapisan : client (yang meminta serice) dan server (yang
menyediakan service).
Tiga
komponen tersebut yaitu :
1.
User Interface. Adalah antar muka program aplikasi yang berhadapan dan
digunakan langsung oleh user.
2.
Manajemen Proses.
3.
Database. Model ini memisahkan peranan user interface dan database dengan
jelas, sehingga terbentuk dua lapisan.
Kelebihan dari model
client/server
Mudah
Menangani Database
Server secara khusus
Relatif lebih sederhana
untuk di develop dan diimplementasikan.
Lebih cocok diterapkan
untuk bisnis kecil.
Server
database berisi mesin database, termasuk tabel, prosedur tersimpan, dan trigger
(yang juga berisi aturan bisnis). Dalam system client/server, sebagian besar
logika bisnis biasanya diterapkan dalam database.
Server
database manangani :
Ø Manajemen
data
Ø Keamanan
Ø Query,
trigger, prosedur tersimpan
Ø Penangan
kesalahan
Arsitektur
client/server merupakan sebuah langkah maju karena mengurangi beban pemrosesan
dari komputer sentral ke computer client. Ini berarti semakin banyak user
bertambah pada aplikasi client/server, kinerja server file tidak akan menurun
dengan cepat. Dengan client/server user dair berbagai lokasi dapat mengakses
data yang sama dengan sedikit beban pada sebuah mesin tunggal.
Namun
masih terdapat kelemahan pada model ini. Selain menjalankan tugas-tugas
tertentu, kinerja dan skalabilitas merupakan tujuan nyata dari sebagian besar
aplikasi.
Kekurangan dari model
client/server :
Kurangnya skalabilitas
Koneksi database dijaga
Tidak ada keterbaharuan
kode
Tidak ada tingkat
menengah untuk menangani keamanan dan transaksi skala kecil.
Susah di amankan.
Lebih mahal.
3.
Three Tier
Arsitektur
Three Tier merupakan inovasi dari arsitektur Client Server. Pada arsitektur
Three Tier ini terdapat Application Server yang berdiri di antara Client dan
Database Server. Contoh dari Application server adalah IIS, WebSphere, dan
sebagainya.
Application
Server umumnya berupa business process layer, dimana bisa didevelop menggunakan
PHP, ASP.Net, maupun Java. Sehingga kita menempatkan beberapa business logic
kita pada tier tersebut. Arsitektur Three Tier ini banyak sekali
diimplementasikan dengan menggunakan Web Application. Karena dengan menggunakan
Web Application, Client Side (Komputer Client) hanya akan melakukan instalasi
Web Browser. Dan saat komputer client melakukan inputan data, maka data
tersebut dikirimkan ke Application Server dan diolah berdasarkan business
process-nya. Selanjutnya Application Server akan melakukan komunikasi dengan
database server.
Biasanya,
implementasi arsitektur Three Tier terkendala dengan network bandwidth. Karena
aplikasinya berbasiskan web, maka Application Server selalu mengirimkan Web
Application-nya ke computer Client. Jika kita memiliki banyak sekali client,
maka bandwidth yang harus disiapkan akan cukup besar, Sedangkan network
bandwidth biasanya memiliki limitasi. Oleh karena itu biasanya, untuk mengatasi
masalah ini, Application Server ditempatkan pada sisi client dan hanya
mengirimkan data ke dalam database server. Konsep model three-tier adalah model
yang membagi fungsionalitas ke dalam lapisan-lapisan, aplikasiaplikasi
mendapatkan skalabilitas, keterbaharuan, dan keamanan.
Kelebihan arsitektur
Three Tier :
Segala sesuatu mengenai
database terinstalasikan pada sisi server, begitu pula dengan
pengkonfigurasiannya. Hal ini membuat harga yang harus dibayar lebih kecil.
Apabila terjadi
kesalahan pada salah satu lapisan tidak akan menyebabkan lapisan lain ikut
salah
Perubahan pada salah
satu lapisan tidak perlu menginstalasi ulang pada lapisan yang lainnya dalam
hal ini sisi server ataupun sisi client.
Skala besar.
Keamanan dibelakang
firewall.
Transfer informasi
antara web server dan server database optimal.
Komunikasi antara
system-sistem tidak harus didasarkan pada standart internet, tetapi dapat
menggunakan protocol komunikasi yang lebvih cepat dan berada pada tingkat yang
lebih rendah.
Penggunaan middleware
mendukung efisiensi query database dalam SQL di pakai untuk menangani
pengambilan informasi dari database.
Kekurangan arsitekture
Three Tier :
Lebih susah untuk
merancang
Lebih susah untuk
mengatur
Lebih mahal
4.
Multi Tier
Arsitektur
Multi Tier adalah suatu metode yang sangat mirip dengan Three Tier. Bedanya,
pada Multi Tier akan diperjelas bagian UI (User Interface) dan Data Processing.
Yang membedakan arsitektur ini adalah dengan adanya Business Logic Server.
Database Server dan Bussines Logic Server merupakan bagian dari Data
Processing, sedangkan Application Server dan Client/Terminal merupakan bagian
dari UI. Business Logic Server biasanya masih menggunakan bahasa pemrograman
terdahulu, seperti COBOL. Karena sampai saat ini, bahasa pemrograman tersebut
masih sangat mumpuni sebagai business process.
Multi-tier
architecture menyuguhkan bentuk three – tier yang diperluas dalam model fisik
yang terdistribusi. Application server dapat mengakses Application server yang
lain untuk mendapat data dari Data server dan mensuplai servis ke client
Application.
Kelebihan
arsitektur Multi tier :
Dengan menggunakan
aplikasi multi-tier database, maka logika aplikasi dapat dipusatkan pada
middle-tier, sehingga memudahkan untuk melakukan control terhadap client-client
yang mengakses middle server dengan mengatur seting pada dcomcnfg.
Dengan menggunakan
aplikasi multi-tier, maka database driver seperti BDE/ODBC untuk mengakses
database hanya perlu diinstal sekali pada middle server, tidak perlu pada
masing-masing client.
Pada aplikasi
multi-tier, logika bisnis pada middle-tier dapat digunakan lagi untuk
mengembangkan aplikasi client lain,sehingga mengurangi besarnya program untuk
mengembangkan aplikasi lain. Selain itu meringankan beban pada tiap-tiap mesin
karena program terdistribusi pada beberapa mesin.
Memerlukan adaptasi
yang sangat luas ruang lingkupnya apabila terjadi perubahan sistem yang besar.
Kekurangan
arsitektur Multi tier :
Program aplikasi tidak
bisa mengquery langsung ke database server, tetapi harus memanggil
prosedur-prosedur yang telah dibuat dan disimpan pada middle-tier.
Lebih mahal
Keunggulan
Client/Server
ü Kecepatan
akses lebih tinggi
ü Sistem
keamanan & administrasi lebih baik
ü Sistem
backup data lebih baik
Kelemahan Client/Server
ü Biaya
lebih mahal
ü Dibutuhkan
komputer dengan spesifikasi khusus untuk menjadi server
ü Ketergantungan
terhadap server, jika server terganggu maka keseluruhan jaringan terganggu
Client
server local & secara geografis
Local Area Network
(LAN)
Local
Area Network (LAN) adalah sejumlah komputer yang saling dihubungkan bersama di
dalam satu areal tertentu yang tidak begitu luas, seperti di dalam satu kantor
atau gedung. Secara garis besar terdapat dua tipe jaringan atau LAN, yaitu
jaringan Peer to Peer dan jaringan Client-Server. Pada jaringan peer to peer,
setiap komputer yang terhubung ke jaringan dapat bertindak baik sebagai
workstation maupun server. Sedangkan pada jaringan Client-Server, hanya satu
komputer yang bertugas sebagai server dan komputer lain berperan sebagai workstation.
Client server lokal
Sedangkan
LAN secara geografis maksudnya adalah local area network yang mencakup suatu
gedung, bangunan dan lain-lain.
Manfaat
LAN.
ü Pertukaran
file dapat dilakukan dengan mudah (File Sharing).
ü Pemakaian
printer dapat dilakukan oleh semua client (Printer Sharing).
ü File-file
data dapat disimpan pada server, sehingga data dapat diakses dari semua client
menurut otorisasi sekuritas dari semua karyawan, yang dapat dibuat berdasarkan
struktur organisasi perusahaan sehingga keamanan data terjamin.
ü File
data yang keluar/masuk dari/ke server dapat di kontrol.
ü Proses
backup data menjadi lebih mudah dan cepat.
ü Resiko
kehilangan data oleh virus komputer menjadi sangat kecil sekali.
ü Komunikasi
antar karyawan dapat dilakukan dengan menggunakan E-Mail & Chat.
ü Bila
salah satu client/server terhubung dengan modem, maka semua atau sebagian
komputer pada jaringan LAN dapat mengakses ke jaringan Internet atau
mengirimkan fax melalui 1 modem.
Ada beberapa model client/server yang penting untuk
diketahui. Mari kita ulas model-model tersebut serta evolusinya dimulai dari
arsitektur mainframe hingga arsitektur client/server
Arsitektur
Mainframe
Pada arsitektur ini, terdapat sebuah komputer pusat (host) yang memiliki sumber daya yang sangat besar, baik memori, processor maupun media penyimpanan. Melalui komputer terminal, pengguna mengakses sumber daya tersebut. Komputer terminal hanya memiliki monitor/keyboard dan tidak memiliki CPU. Semua sumber daya yang diperlukan terminal dilayani oleh komputer host. Model ini berkembang pada akhir tahun 1980-an.
Pada arsitektur ini, terdapat sebuah komputer pusat (host) yang memiliki sumber daya yang sangat besar, baik memori, processor maupun media penyimpanan. Melalui komputer terminal, pengguna mengakses sumber daya tersebut. Komputer terminal hanya memiliki monitor/keyboard dan tidak memiliki CPU. Semua sumber daya yang diperlukan terminal dilayani oleh komputer host. Model ini berkembang pada akhir tahun 1980-an.
Arsitektur File Sharing
Pada arsitektur ini komputer server menyediakan file-file yang tersimpan di media penyimpanan server yang dapat diakses oleh pengguna. Arsitektur file sharing memiliki keterbatasan, terutama jika jumlah pengakses semakin banyak serta ukuran file yang di shaing sangat besar. Hal ini dapat mengakibatkan transfer data menjadi lambat. Model ini populer pada tahun 1990-an.
Pada arsitektur ini komputer server menyediakan file-file yang tersimpan di media penyimpanan server yang dapat diakses oleh pengguna. Arsitektur file sharing memiliki keterbatasan, terutama jika jumlah pengakses semakin banyak serta ukuran file yang di shaing sangat besar. Hal ini dapat mengakibatkan transfer data menjadi lambat. Model ini populer pada tahun 1990-an.
Arsitektur Client/Server
Karena keterbatasan sistem file sharing, dikembangkanlah arsitektur client/server. Salah satu hasilnya yaitu berupa software database server yang menggantikan software database berbasis file server. Dikenalkan pula RDBMS (Relational Database Management System). Dengan arsitektur ini, query data ke server dapat terlayani dengan lebih cepat karena yang ditransfer bukanlah file, tetapi hanyalah hasil dari query tersebut. RPC (Remote Procedure Calls) memegang peranan penting pada arsitektur client/server.
Karena keterbatasan sistem file sharing, dikembangkanlah arsitektur client/server. Salah satu hasilnya yaitu berupa software database server yang menggantikan software database berbasis file server. Dikenalkan pula RDBMS (Relational Database Management System). Dengan arsitektur ini, query data ke server dapat terlayani dengan lebih cepat karena yang ditransfer bukanlah file, tetapi hanyalah hasil dari query tersebut. RPC (Remote Procedure Calls) memegang peranan penting pada arsitektur client/server.
Model Two-tier
Model Two-tier terdiri dari tiga komponen yang disusun menjadi dua lapisan : client (yang meminta serice) dan server (yang menyediakan service). Tiga komponen tersebut yaitu :
Model Two-tier terdiri dari tiga komponen yang disusun menjadi dua lapisan : client (yang meminta serice) dan server (yang menyediakan service). Tiga komponen tersebut yaitu :
1. User
Interface. Adalah antar muka program aplikasi yang berhadapan dan digunakan
langsung oleh user.
2. Manajemen Proses.
3. Database.
2. Manajemen Proses.
3. Database.
Model ini
memisahkan peranan user interface dan database dengan jelas, sehingga terbentuk
dua lapisan.
Pada gambar
tersebut, user interface yang merupakan bagian dari program aplikasi melayani
input dari user. Input tersebut diproses oleh Manajemen Proses dan melakukan
query data ke database (dalam bentuk perintah SQL). Pada database server juga
bisa memiliki Manajemen Proses untuk melayani query tersebut, biasanya ditulis
ke dalam bentuk Stored Procedure.
Model Three-tier
Pada model ini disisipkan satu layer tambahan diantara user interface tier dan database tier. Tier tersebut dinamakan middle-tier. Middle-Tier terdiri dari bussiness logic dan rules yang menjembatani query user dan database, sehingga program aplikasi tidak bisa mengquery langsung ke database server, tetapi harus memanggil prosedur-prosedur yang telah dibuat dan disimpan pada middle-tier. Dengan adanya server middle-tier ini, beban database server berkurang. Jika query semakin banyak dan/atau jumlah pengguna bertambah, maka server-server ini dapat ditambah, tanpa merubah struktur yang sudah ada. Ada berbagai macam software yang dapat digunakan sebagai server middle-tier. Contohnya MTS (Microsoft Transaction Server) dan MIDAS.
Pada model ini disisipkan satu layer tambahan diantara user interface tier dan database tier. Tier tersebut dinamakan middle-tier. Middle-Tier terdiri dari bussiness logic dan rules yang menjembatani query user dan database, sehingga program aplikasi tidak bisa mengquery langsung ke database server, tetapi harus memanggil prosedur-prosedur yang telah dibuat dan disimpan pada middle-tier. Dengan adanya server middle-tier ini, beban database server berkurang. Jika query semakin banyak dan/atau jumlah pengguna bertambah, maka server-server ini dapat ditambah, tanpa merubah struktur yang sudah ada. Ada berbagai macam software yang dapat digunakan sebagai server middle-tier. Contohnya MTS (Microsoft Transaction Server) dan MIDAS.
Istilah
ERP atau Enterprise Resource Planning sudah sangat dikenal di seluruh dunia.
ERP adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai keuntungan dan kemudahan dalam
penggunaannya. Namun di sisi lain ternyata ERP itu sendiri menghasilkan kendala
yang harus dihadapi oleh perusahaan yang memakainya. Dengan kondisi seperti
itu, perlukah suatu perusahaan menerapkan ERP?
Pengaruh ERP
Pengaruh ERP secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu siapa yang dipengaruhi ERP dan mengapa ERP mampu mempengaruhinya. ERP adalah suatu sistem yang disiapkan untuk perusahaan yang membutuhkan sistem yang luar biasa. Semakin besar suatu perusahaan maka semakin kompleks pula permasalahan yang dihadapinya, khususnya permasalahan bisnis. Maka dari itu diperlukan informasi yang sangat banyak untuk menyelesaikan persoalan tersebut, baik informasi yang bersifat internal maupun eksternal perusahaan. Sebagai konsekuensi dari semua ini adalah dibutuhkannya suatu sistem yang mampu menjembatani antara kompleksitas bisnis dan teknologi informasi sebagi sarana penyedia informasi yang diperlukan oleh perusahaan.
Saat ini lebih dari 60% perusahaan multinasional menggunakan sistem ERP, itupun hanya yang menggunakan salah satu sistem ERP yaitu SAP R/3. Sementara itu kondisi di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan ERP tidak terbatas hanya pada perusahaan multinasional, tetapi perusahaan kecil dan menengah juga telah menggunakan ERP. Pada tahun 1995, 90% pendapatan SAP diperoleh dari perusahaan besar, sisanya diperoleh dari perusahaan kecil dan menengah. Namun pada tahun 1997, 50% pendapatan SAP didapatkan dari perusahaan kecil dan menengah. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin lama semakin banyak perusahaan kecil dan menengah yang menerapkan ERP.
Ada beberapa hal yang menyebabkan ERP berkembang begitu luar biasa. Pertama adalah faktor pengaruh perilaku kompetitor. Setiap perusahaan akan selalu berusaha mendapatkan informasi mengenai kompetitornya. Informasi yang dibutuhkan tidak hanya terbatas pada produk, tetapi lebih pada perusahaannya itu sendiri. Bila suatu perusahaan telah menerapkan ERP dan berhasil, maka mau tidak maukompetitornya akan berusaha menerapkan sistem yang sama ataupun yang lebih baik, jikalau perlu menggunakan software dan konsultan yang sama.
Yang kedua adalah faktor kebutuhan akan rekan bisnis. Secara umum dengan menerapkan ERP akan menghasilkan informasi yang lebih baik untuk digunakan dalam proses bisnis dan pengambilan keputusan. Sebagai konsekuensi adalah kebutuhan data yang up to date serta real time harus terpenuhi. Bila data berasal dari internal perusahaan maka itu mungkin bukan suatu masalah, tetapu bila berasal dari eksternal perusahaan maka hal tersebut bisa menjadi masalaha yang serius. Sehingga dengan alasan untuk pemenuhan kebutuhan informasi, seringkali perusahaan melakukan tekanan-tekanan kepada rekan bisnisnya untuk menyediakan informasi yang terbaru dan real time. Jika dirasa perlu, informasi tersebut juga terintegrasi dengan sistem (ERP) yang ada di perusahaan. Secara diplomatis dapat dikatakan perusahaan memaksa rekan bisnisnya turut menerapkan ERP.
Selain itu, ERP dapat berkembang pesat dikarenakan pengembangan ERP itu sendiri didasarkan pada pengalaman terbaik. Bila suatu sistem diterapkan pada sebuah perusahaan, maka hal terbaik yang terjadi di perusahaan tersebut akan menjadi pengalaman bagi sistem sekaligus perbaikan dalam sistem. Makin banyak perusahaan yang menerapkan sistem, makin banyak pengalaman yang dimasukkan dalam sistem sehingga menjadikan sistem menjadi semakin baik. Makin baik suatu sistem makin banyak perusahaan yang mengimplementasikan, dan tentunya juga membuat sistem menjadi lebih baik lagi.
Perkembangan ERP yang luar biasa dapat dilihat dari pertumbuhan pasar ERP yang luar biasa. Di tahun 1993 sebagai awal munculnya teknologi client server, 5 vendor penyedia ERP yaitu Oracle, SAP, D&B software, IMRS, dan Computron membukukan penghasilan sebesar 319 juta dollar. Lima tahun kemudian, di tahun 1998, 5 vendor yang sama memperoleh pendapatan sebesar 17.2 milyar dollar, dan kenaikan yang signifikan di tahun-tahun berikutnya.
Dilihat dari sisi teknologi, ERP merupakan produk yang mampu mengimbangi perkembangan teknologi informasi. Di awal tahun 1990, teknologi client server mulai muncul dan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan teknologi main_frame_ yang lebih dahulu muncul. Munculnya teknologi ini belum banyak diimbangi dengan teknologi software yang mendukung teknologi client server, terutama yang berkaitan dengan enterprise. Untuk mengatasi kekosongan ini ERP mulai dikembangkan untuk teknologi client server dan menjadi aplikasi yang dominan untuk aplikasi client server computing.
Selain itu ERP mampu mempengaruhi fungsi sistem informasi. Awalnya personal yang berkecimpung di bidang sistem informasi mempunyai tugas utama untuk perancangan, pengembangan, dan implementasi software. ERP sendiri dirancang dan dikembangkan oleh pihak luar perusahaan (outsourcing). Dengan demikian tugas personal di bidang sistem informasi hanya melakukan implementasi ERP pada perusahaan. Untuk itu pengetahuan yang mendalam mengenai software paket menjadi sesuatu yang mutlak diperlukan. Dari sini terjadi pergeseran tugas dan kemampuan seorang sistem analis dan programmer, yaitu dari perancangan pengembangan dan implementasi software menjadi penguasaan software paket dan pengimplementasiannya pada perusahaan.
Pengaruh yang lain adalah pergeseran pada fungsi sistem informasi. ERP menciptakan ketidakjelasan antara user dan spesialis informasi. Konsep tradisional menjelaskan bahwa spesialis informasi hanya berurusan dengan teknologi, tidak pada proses bisnis. Namun dengan penerapan ERP, user sebagai pelaku bisnis selain dituntut menguasai proses bisnis juga dituntut untuk menguasai teknologi ERP. Begitu juga sebaliknya untuk seorang spesialis informasi selain memiliki kemampuan teknologi juga dituntut menguasai proses bisnis.
Kendala utama yang harus dihadapi perusahaan untuk mengimplementasikan ERP adalah biaya yang tinggi yang harus dibayarkan. Untuk mengimplementasikan ERP, rata-rata sebuah perusahaan harus membayar 15 juta dollar, atau rata-rata 54 ribu dollar per user yang mengoperasikan ERP dengan asumsi sebuah perusahaan mempunyai 275 user. Biaya sebesar ini digunakan untuk software, hardware, pelayanan, maintenance, operasional, dan biaya tenaga kerja internal selama 2 tahun operasional.
Nilai Tambah ERP
Sistem informasi tradisional pada awalnya digunakan untuk fungsi tertentu dan tidak dirancang untuk integrasi dengan area fungsional yang lain maupun untuk lokasi yang banyak. Dalam kenyataannya, perusahaan mempunyai banyak area fungsional dan lokasi yang tersebar di mana-mana. Informasi yang sama akan disimpan di banyak tempat dan berulang-ulang. Hal ini menyebabkan terjadinya redundancy data, proses yang berulang-ulang, resiko report yang tidak sama, serta pemborosan tempat penyimpanan data.
ERP mempunyai kemampuan untuk mengintegrasikan semua proses yang ada dalam area fungsional perusahaan, antar departemen, maupun antar lokasi yang berbeda. Dengan integrasi sistem ini data yang tadinya didapat dari sistem yang berbeda-beda akan diintegrasikan menjadi sistem tunggal dengan format yang standar. Dengan demikian tidak ada lagi perbedaan proses yang terjadi antar fungsi, antar departemen, maupun antar lokasi yang berbeda.
Nilai tambah yang lainnya adalah terkait dengan pengembangan ERP. Seperti diketahui, pengembangan ERP berasal dari pengalaman terbaik berbagai perusahaan yang berulang-ulang diperbaiki dan ditambahkan ke dalam sistem. Dengan implementasi ini perusahaan turut mendapatkan pengalaman yang dapat diterapkan dalam proses bisnis perusahaan.
Dengan mengintegrasikan semua proses menjadi sistem yang tunggal, semua informasi akan disimpan dalam format yang sama dalam data_base_ yang sama, sehingga semua akan mengakses data yang sama. Standar dan data tunggal ini akan mengurangi informasi yang asimetris. Implikasi yang terjadi adalah peningkatan kontrol terhadap pekerjaan. Bila suatu pekerjaan belum dikerjakan, maka pekerjaan yang lain tidak akan bisa dikerjakan karena menggunakan data yang sama. Implikasi yang lainnya adalah semakin meningkatkan akses informasi bagi siapa saja yang membutuhkan, terutama untuk proses pengambilan keputusan, baik pada level atas, menengah maupun bawah.
Pada sistem informasi tradisional, banyak informasi yang harus dicetak dalam hardcopy untuk dikomunikasikan pada fungsi dan sub organisasi perusahaan yang berada pada lokasi yang lain. Selanjutnya di fungsi dan lokasi yang berbeda, informasi tersebut perlu untuk diinput ulang. Hal ini selain disebabkan oleh lokasi yang berbeda, juga karena sistem yang berbeda. Dengan ERP, sekali suatu informasi diambil dari sumbernya dan disimpan dalam komputer, maka informasi tersebut akan dapat diakses oleh siapa saja secara online dan real time. Ini merupakan akibat sistem tunggal yang terintegrasi. Dengan data yang online dan real time ini akan memudahkan seluruh bagian organisasi untuk melakukan perencanaan dan pengendalian proses yang ada.
ERP juga memberikan fasilitas untuk komunikasi dan kerjasama baik di dalam organisasi maupun dengan organisasi di luar perusahaan. Walaupun mempunyai fungsi dan lokasi yang berbeda, tetapi dengan adanya standarisasi proses dan data yang dihasilkan akan mengurangi konflik yang terjadi di dalam organisasi perusahaan, terlebih untuk yang berkaitan dengan pihak eksternal organisasi, misalnya proses pengadaan dengan supplier dan penjualan kepada customer. Dengan adanya standar dan data yang sama akan meningkatkan komunikasi dan kerjasama.
Pengaruh ERP
Pengaruh ERP secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu siapa yang dipengaruhi ERP dan mengapa ERP mampu mempengaruhinya. ERP adalah suatu sistem yang disiapkan untuk perusahaan yang membutuhkan sistem yang luar biasa. Semakin besar suatu perusahaan maka semakin kompleks pula permasalahan yang dihadapinya, khususnya permasalahan bisnis. Maka dari itu diperlukan informasi yang sangat banyak untuk menyelesaikan persoalan tersebut, baik informasi yang bersifat internal maupun eksternal perusahaan. Sebagai konsekuensi dari semua ini adalah dibutuhkannya suatu sistem yang mampu menjembatani antara kompleksitas bisnis dan teknologi informasi sebagi sarana penyedia informasi yang diperlukan oleh perusahaan.
Saat ini lebih dari 60% perusahaan multinasional menggunakan sistem ERP, itupun hanya yang menggunakan salah satu sistem ERP yaitu SAP R/3. Sementara itu kondisi di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan ERP tidak terbatas hanya pada perusahaan multinasional, tetapi perusahaan kecil dan menengah juga telah menggunakan ERP. Pada tahun 1995, 90% pendapatan SAP diperoleh dari perusahaan besar, sisanya diperoleh dari perusahaan kecil dan menengah. Namun pada tahun 1997, 50% pendapatan SAP didapatkan dari perusahaan kecil dan menengah. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin lama semakin banyak perusahaan kecil dan menengah yang menerapkan ERP.
Ada beberapa hal yang menyebabkan ERP berkembang begitu luar biasa. Pertama adalah faktor pengaruh perilaku kompetitor. Setiap perusahaan akan selalu berusaha mendapatkan informasi mengenai kompetitornya. Informasi yang dibutuhkan tidak hanya terbatas pada produk, tetapi lebih pada perusahaannya itu sendiri. Bila suatu perusahaan telah menerapkan ERP dan berhasil, maka mau tidak maukompetitornya akan berusaha menerapkan sistem yang sama ataupun yang lebih baik, jikalau perlu menggunakan software dan konsultan yang sama.
Yang kedua adalah faktor kebutuhan akan rekan bisnis. Secara umum dengan menerapkan ERP akan menghasilkan informasi yang lebih baik untuk digunakan dalam proses bisnis dan pengambilan keputusan. Sebagai konsekuensi adalah kebutuhan data yang up to date serta real time harus terpenuhi. Bila data berasal dari internal perusahaan maka itu mungkin bukan suatu masalah, tetapu bila berasal dari eksternal perusahaan maka hal tersebut bisa menjadi masalaha yang serius. Sehingga dengan alasan untuk pemenuhan kebutuhan informasi, seringkali perusahaan melakukan tekanan-tekanan kepada rekan bisnisnya untuk menyediakan informasi yang terbaru dan real time. Jika dirasa perlu, informasi tersebut juga terintegrasi dengan sistem (ERP) yang ada di perusahaan. Secara diplomatis dapat dikatakan perusahaan memaksa rekan bisnisnya turut menerapkan ERP.
Selain itu, ERP dapat berkembang pesat dikarenakan pengembangan ERP itu sendiri didasarkan pada pengalaman terbaik. Bila suatu sistem diterapkan pada sebuah perusahaan, maka hal terbaik yang terjadi di perusahaan tersebut akan menjadi pengalaman bagi sistem sekaligus perbaikan dalam sistem. Makin banyak perusahaan yang menerapkan sistem, makin banyak pengalaman yang dimasukkan dalam sistem sehingga menjadikan sistem menjadi semakin baik. Makin baik suatu sistem makin banyak perusahaan yang mengimplementasikan, dan tentunya juga membuat sistem menjadi lebih baik lagi.
Perkembangan ERP yang luar biasa dapat dilihat dari pertumbuhan pasar ERP yang luar biasa. Di tahun 1993 sebagai awal munculnya teknologi client server, 5 vendor penyedia ERP yaitu Oracle, SAP, D&B software, IMRS, dan Computron membukukan penghasilan sebesar 319 juta dollar. Lima tahun kemudian, di tahun 1998, 5 vendor yang sama memperoleh pendapatan sebesar 17.2 milyar dollar, dan kenaikan yang signifikan di tahun-tahun berikutnya.
Dilihat dari sisi teknologi, ERP merupakan produk yang mampu mengimbangi perkembangan teknologi informasi. Di awal tahun 1990, teknologi client server mulai muncul dan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan teknologi main_frame_ yang lebih dahulu muncul. Munculnya teknologi ini belum banyak diimbangi dengan teknologi software yang mendukung teknologi client server, terutama yang berkaitan dengan enterprise. Untuk mengatasi kekosongan ini ERP mulai dikembangkan untuk teknologi client server dan menjadi aplikasi yang dominan untuk aplikasi client server computing.
Selain itu ERP mampu mempengaruhi fungsi sistem informasi. Awalnya personal yang berkecimpung di bidang sistem informasi mempunyai tugas utama untuk perancangan, pengembangan, dan implementasi software. ERP sendiri dirancang dan dikembangkan oleh pihak luar perusahaan (outsourcing). Dengan demikian tugas personal di bidang sistem informasi hanya melakukan implementasi ERP pada perusahaan. Untuk itu pengetahuan yang mendalam mengenai software paket menjadi sesuatu yang mutlak diperlukan. Dari sini terjadi pergeseran tugas dan kemampuan seorang sistem analis dan programmer, yaitu dari perancangan pengembangan dan implementasi software menjadi penguasaan software paket dan pengimplementasiannya pada perusahaan.
Pengaruh yang lain adalah pergeseran pada fungsi sistem informasi. ERP menciptakan ketidakjelasan antara user dan spesialis informasi. Konsep tradisional menjelaskan bahwa spesialis informasi hanya berurusan dengan teknologi, tidak pada proses bisnis. Namun dengan penerapan ERP, user sebagai pelaku bisnis selain dituntut menguasai proses bisnis juga dituntut untuk menguasai teknologi ERP. Begitu juga sebaliknya untuk seorang spesialis informasi selain memiliki kemampuan teknologi juga dituntut menguasai proses bisnis.
Kendala utama yang harus dihadapi perusahaan untuk mengimplementasikan ERP adalah biaya yang tinggi yang harus dibayarkan. Untuk mengimplementasikan ERP, rata-rata sebuah perusahaan harus membayar 15 juta dollar, atau rata-rata 54 ribu dollar per user yang mengoperasikan ERP dengan asumsi sebuah perusahaan mempunyai 275 user. Biaya sebesar ini digunakan untuk software, hardware, pelayanan, maintenance, operasional, dan biaya tenaga kerja internal selama 2 tahun operasional.
Nilai Tambah ERP
Sistem informasi tradisional pada awalnya digunakan untuk fungsi tertentu dan tidak dirancang untuk integrasi dengan area fungsional yang lain maupun untuk lokasi yang banyak. Dalam kenyataannya, perusahaan mempunyai banyak area fungsional dan lokasi yang tersebar di mana-mana. Informasi yang sama akan disimpan di banyak tempat dan berulang-ulang. Hal ini menyebabkan terjadinya redundancy data, proses yang berulang-ulang, resiko report yang tidak sama, serta pemborosan tempat penyimpanan data.
ERP mempunyai kemampuan untuk mengintegrasikan semua proses yang ada dalam area fungsional perusahaan, antar departemen, maupun antar lokasi yang berbeda. Dengan integrasi sistem ini data yang tadinya didapat dari sistem yang berbeda-beda akan diintegrasikan menjadi sistem tunggal dengan format yang standar. Dengan demikian tidak ada lagi perbedaan proses yang terjadi antar fungsi, antar departemen, maupun antar lokasi yang berbeda.
Nilai tambah yang lainnya adalah terkait dengan pengembangan ERP. Seperti diketahui, pengembangan ERP berasal dari pengalaman terbaik berbagai perusahaan yang berulang-ulang diperbaiki dan ditambahkan ke dalam sistem. Dengan implementasi ini perusahaan turut mendapatkan pengalaman yang dapat diterapkan dalam proses bisnis perusahaan.
Dengan mengintegrasikan semua proses menjadi sistem yang tunggal, semua informasi akan disimpan dalam format yang sama dalam data_base_ yang sama, sehingga semua akan mengakses data yang sama. Standar dan data tunggal ini akan mengurangi informasi yang asimetris. Implikasi yang terjadi adalah peningkatan kontrol terhadap pekerjaan. Bila suatu pekerjaan belum dikerjakan, maka pekerjaan yang lain tidak akan bisa dikerjakan karena menggunakan data yang sama. Implikasi yang lainnya adalah semakin meningkatkan akses informasi bagi siapa saja yang membutuhkan, terutama untuk proses pengambilan keputusan, baik pada level atas, menengah maupun bawah.
Pada sistem informasi tradisional, banyak informasi yang harus dicetak dalam hardcopy untuk dikomunikasikan pada fungsi dan sub organisasi perusahaan yang berada pada lokasi yang lain. Selanjutnya di fungsi dan lokasi yang berbeda, informasi tersebut perlu untuk diinput ulang. Hal ini selain disebabkan oleh lokasi yang berbeda, juga karena sistem yang berbeda. Dengan ERP, sekali suatu informasi diambil dari sumbernya dan disimpan dalam komputer, maka informasi tersebut akan dapat diakses oleh siapa saja secara online dan real time. Ini merupakan akibat sistem tunggal yang terintegrasi. Dengan data yang online dan real time ini akan memudahkan seluruh bagian organisasi untuk melakukan perencanaan dan pengendalian proses yang ada.
ERP juga memberikan fasilitas untuk komunikasi dan kerjasama baik di dalam organisasi maupun dengan organisasi di luar perusahaan. Walaupun mempunyai fungsi dan lokasi yang berbeda, tetapi dengan adanya standarisasi proses dan data yang dihasilkan akan mengurangi konflik yang terjadi di dalam organisasi perusahaan, terlebih untuk yang berkaitan dengan pihak eksternal organisasi, misalnya proses pengadaan dengan supplier dan penjualan kepada customer. Dengan adanya standar dan data yang sama akan meningkatkan komunikasi dan kerjasama.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Downsizing
and Rightsizing
Downsizing adalah transfer berbagai aplikasi berbasis
komputer perusahaan dari konfigurasi peralatan besar, seperti mainframe ke
platform yang lebih kecil seperti komputer mini.
Rightsizing adalah
Teknologi
Client Server
Client
merupakan sembarang sistem atau proses yang melakukan suatu permintaan data
atau layanan ke server.
Server
ialah sistem atau proses yang
menyediakan data atau layanan yang diminta oleh client.
Client-Server
adalah pembagian kerja antara server dan client yang mengakses server dalam
suatu jaringan.
Jadi
arsitektur client-server adalah desain sebuah aplikasi terdiri dari client dan
server yang saling berkomunikasi ketika mengakses server dalam suatu jaringan.
Model Three Tier Client
Server beserta kelebihan dan Kekurangannya
1. Standalone
(one-tier)
Pada
arsitektur ini semua pemrosesan dilakukan pada mainframe. Kode aplikasi, data
dan semua komponen sistem ditempatkan dan dijalankan pada host. Walaupun
computer client dipakai untuk mengakses mainframe, tidak ada pemrosesan yang
terjadi pada mesin ini, dan karena mereka “dump- client” atau “dump-terminal
Keuntungan
arsitektur standalone (one-tier):
Sangat mudah
Cepat dalam merancang
dan mengaplikasikan
Kelemahan
arsitektur standalone (one-tier):
Skala kecil
Susah diamankan
Menyebabkan perubahan
terhadap salah satu komponen diatas tidak mungkin dilakukan, karena akan
mengubah semua bagian.
2.
Client/Server (two tier)
Dalam
model client/server, pemrosesan pada sebuah aplikasi terjadi pada client dan
server. Client/server adalah tipikal sebuah aplikasi two-tier dengan
banyakclient dan sebuah server yang dihubungkan melalui sebuah jaringan.
Model Two-tier terdiri dari tiga komponen yang
disusun menjadi dua lapisan : client (yang meminta serice) dan server (yang
menyediakan service).
Tiga
komponen tersebut yaitu :
1.
User Interface. Adalah antar muka program aplikasi yang berhadapan dan
digunakan langsung oleh user.
2.
Manajemen Proses.
3.
Database. Model ini memisahkan peranan user interface dan database dengan
jelas, sehingga terbentuk dua lapisan.
Kelebihan
dari model client/server
Mudah
Menangani Database
Server secara khusus
Relatif lebih sederhana
untuk di develop dan diimplementasikan.
Lebih cocok diterapkan
untuk bisnis kecil.
Kekurangan dari model client/server :
Kurangnya skalabilitas
Koneksi database dijaga
Tidak ada keterbaharuan
kode
Tidak ada tingkat
menengah untuk menangani keamanan dan transaksi skala kecil.
Susah di amankan.
Lebih mahal.
3.
Three Tier
Arsitektur
Three Tier merupakan inovasi dari arsitektur Client Server. Pada arsitektur
Three Tier ini terdapat Application Server yang berdiri di antara Client dan
Database Server. Contoh dari Application server adalah IIS, WebSphere, dan
sebagainya.
Kelebihan
arsitektur Three Tier :
Segala sesuatu mengenai
database terinstalasikan pada sisi server, begitu pula dengan
pengkonfigurasiannya. Hal ini membuat harga yang harus dibayar lebih kecil.
Apabila terjadi
kesalahan pada salah satu lapisan tidak akan menyebabkan lapisan lain ikut
salah
Skala besar.
Keamanan dibelakang
firewall.
Transfer informasi
antara web server dan server database optimal.
Kekurangan
arsitekture Three Tier :
Lebih susah untuk
merancang
Lebih susah untuk
mengatur
Lebih mahal
4. Multi Tier
Arsitektur
Multi Tier adalah suatu metode yang sangat mirip dengan Three Tier. Bedanya,
pada Multi Tier akan diperjelas bagian UI (User Interface) dan Data Processing.
Yang membedakan arsitektur ini adalah dengan adanya Business Logic Server.
Database Server dan Bussines Logic Server merupakan bagian dari Data
Processing, sedangkan Application Server dan Client/Terminal merupakan bagian
dari UI.
Kelebihan arsitektur Multi tier :
Dengan menggunakan
aplikasi multi-tier database, maka logika aplikasi dapat dipusatkan pada
middle-tier, sehingga memudahkan untuk melakukan control terhadap client-client
yang mengakses middle server dengan mengatur seting pada dcomcnfg.
Memerlukan adaptasi
yang sangat luas ruang lingkupnya apabila terjadi perubahan sistem yang besar.
Kekurangan arsitektur Multi tier :
Program aplikasi tidak
bisa mengquery langsung ke database server, tetapi harus memanggil
prosedur-prosedur yang telah dibuat dan disimpan pada middle-tier.
Lebih mahal
3.2
Saran
Sebaiknya
kita sebagai orang yang mengikuti perkembangan teknologi, kita jangan sampai
ketinggalan informasi mengenai teknologi, mengenai downsize,rightsize, karena
dengan kita banyak mengetahui hal tersebut setidaknya kita bisa
mengaplikasikannya kedalam kehidupan kita sehari-hari, baik dalam dunia
pendidikan maupun dalam pekerjaan yang berhubungan dengan IT.
DAFTAR
PUSTAKA
Materi Mata Kuliah
Pengolahan Data Terdistribusi
Comments
Post a Comment